Perjalanan Panjang Menuju #RidhoPilihanDira
Kali pertama perkenalan kami terjadi pada tanggal 27 April 2013. Saat itu Ridho mengirimkan chat di facebook messenger untuk berkenalan dan menyampaikan kalau dia menyukai cover lagu-lagu yang sering aku post di SoundCloud. Tapi karena kami sama-sama tipe orang yang kurang suka berbasa-basi ke orang yang baru dikenal, percakapan kami yang hanya membahas tentang cover lagu dan recording tersebut hanya berlangsung beberapa kali sampai pertengahan Juli 2016. Setelah percakapan terakhir itu, tidak pernah ada lagi kontak yang kami lakukan.
Ketika aku dinyatakan lulus seleksi CPNS di Pemprov DKI Jakarta akhir Oktober 2020, aku mencari informasi ke teman-teman disabilitas netra mengenai disabilitas netra yang sudah menjadi PNS di Pemprov DKI Jakarta untuk bertanya tentang aksesibilitas di lingkungan kerja. Saat itu salah seorang teman memberikan kontak temannya yang katanya sudah menjadi PNS di Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta bernama Ridho. Kemudian aku menghubungi Ridho untuk bertanya banyak hal mengenai lingkungan kerja dan aksesibilitas berbagai aplikasi penunjang pekerjaan yang digunakan di Pemprov DKI Jakarta. Selama beberapa minggu berkomunikasi, aku belum menyadari kalau kami sudah pernah berinteraksi beberapa tahun sebelumnya.
Kami cukup intens mengobrol selama beberapa bulan. Sebagai orang yang cukup sulit merasa nyaman untuk banyak bercerita dengan orang lain, saat itu aku merasa nyaman karena Ridho adalah orang yang sopan dan tidak pernah berusaha menanyakan hal-hal pribadi. Lama-kelamaan kami jadi semakin dekat dan mulai lebih terbuka untuk membahas hal-hal di luar pekerjaan dan pendidikan.
Fase pertemanan kami meningkat sejak 25 Februari 2021. Sejak awal memutuskan untuk berkomitmen, kami selalu berpikir akan menjalani hubungan yang serius dengan tujuan untuk menikah. Kami menjalani hubungan yang penuh dengan perjuangan setahap demi setahap. Sebagai pasangan disabilitas netra yang juga memiliki latar belakang budaya yang sangat berbeda serta berbagai kisah dalam keluarga masing-masing, kami harus menyesuaikan banyak hal dan menghadapi berbagai kesulitan. Ada banyak kekhawatiran dari diri sendiri serta orang-orang terdekat yang terus kami cari solusinya.
Kami selalu berusaha belajar, mempersiapkan, dan memantaskan diri semaksimal yang kami mampu. Kami melakukan premarital counseling, premarital check up, financial check up, dan banyak berdiskusi dengan pasangan disabilitas netra lainnya sebagai ikhtiar karena kami menyadari sebagai pasangan disabilitas netra akan ada lebih banyak kesulitan dan tantangan yang harus kami hadapi selama menjalani pernikahan. Satu hal yang kami syukuri adalah kami memiliki kesamaan pandangan tentang tujuan pernikahan. Sehingga kami tidak merasa terbebani dengan segala ikhtiar yang harus kami lakukan walaupun bagi sebagian pasangan lain mungkin hal-hal tersebut belum terlalu menjadi prioritas. Namun bagi kami, rasa cinta juga harus didukung dengan keterbukaan dan penerimaan masing-masing dalam segala aspek. Dalam proses tersebut, kami tidak selalu merasa yakin. Ada kalanya kami merasa lelah dan ingin menyerah. Namun kekuatan doa, dukungan dari orang-orang terdekat, dan terutama rasa cinta yang semakin besar berhasil membuat kami selalu bisa saling menguatkan satu sama lain.
Kami memang tidak memiliki banyak kenangan visual berupa foto maupun vidio yang dapat dibagikan. Tentu karena sebagai disabilitas netra kami tidak terlalu fokus mengabadikan moment berharga dalam bentuk visual. Ditambah lagi kami juga tidak punya cukup banyak kesempatan untuk mengabadikan moment-moment kebersamaan kami. Namun kami mencoba membuat kenangan versi kami yang tentu tidak hanya dapat dinikmati oleh orang lain, tetapi juga dapat kami berdua nikmati. Kami membuat sebuah lagu berjudul Menautkan Hati yang lirik serta video clip-nya mungkin cukup bisa menggambarkan perjuangan kami menuju #RidhoPilihanDira.
Dan akhirnya kami ada di fase ini sekarang. Kami berharap agar semua perjuangan kami selama hampir 3 tahun ini akan selalu menjadi pengingat ketika kelak kami menghadapi ujian dalam pernikahan untuk selalu saling menjaga dan menguatkan. Kami ingin menjadi pasangan disabilitas netra yang mampu menjalani peran sebagai suami dan istri serta peran lainnya sebaik yang kami mampu dengan cara kami tanpa perlu menjadikan kondisi disabilitas sebagai alasan untuk meminta pemakluman dan abai dengan kewajiban. Semoga kami dapat mengambil pelajaran dari pengalaman di lingkungan masing-masing dan senantiasa saling menautkan hati untuk membangun keluarga yang tenteram, penuh cinta kasih dan ramat karena Allah.